Pesantren Bisnis Kedaulatan Rakyat dan BMT Beringharjo (Bagian Kedua)

Melibatkan Keluarga, Mengapa Malu?

Jangan malu melibatkan keluarga dalam bisnis

YOGYA (KR) – Melibatkan anggota keluarga dalam dunia bisnis yang digeluti bukan hal tabu. Justru keterlibatan keluarga sangat diperlukan sebagai motivasi untuk bersama mencapai cita-cita.

“Ada yang berpikir merasa malu jika anaknya ikut dalam usaha, misalnya sebagai pedagang. Kenapa harus malu? Pikiran seperti itu harus dihindari. Sangat penting melibatkan keluarga dalam sebuah usaha untuk menambah dorongan mencapai kesuksesan,” tutur Owner Margaria Grup Hj Dyah Suminar dalam Pesantren Bisnis “Antara Keluarga dan Bisnis” di Aula PT BP Kedaulatan Rakyat Jalan Margo Utomo (P Mangkubumi) 40 – 46 Yogyakarta, Jumat (3/7). Kegiatan ini kerja sama SKH Kedaulatan Rakyat dengan BMT Beringharjo. Selain menghadirkan pembicara Hj Dyah Suminar, acara yang dimoderatori Pemred KR Octo Lampoto ini juga dihdiri Peimpinan BMT Beringharjo Mursida Rambe.

Ditambahkan istri mantan Walikota Yogyakarta Herry Zudianto tersebut, dengan melibatkan anggota keluarga akan memberi pemahaman kepada anak atau anggota keluarga lain bahwa menjalankan suatu usaha tidaklah mudah. Selain itu untuk menanamkan rasa tidak boleh malu dengan yang sedang dijalani.

“Sebab itu saya kurang sependapat ketika ada orangtua yang melarang anaknya waktu mau jadi wiraswasta atau pengusaha. Ketika memulai usaha dengan bisnis online misalnya, sudah dilarang. Inginnya sang anak jadi pegawai atau kerja kantoran lain hanya karena menuruti gengsi keluarga. Jangan halangi bakat anak untuk jadi seorang wirausaha. Justru bimbing mereka untuk menemukan kebahagiaan dalam pilihannya tersebut,” tegasnya.

Sebab menurut Dyah, jalan cepat menjadi seorang pengusaha besar ketika pilihannya sesuai dengan hobinya selama ini. Dari situ seseorang akan makin cinta dan bangga terhadap pekerjaannya sehingga dapat menemukan kebahagian tersendiri melalui aktivitas tersebut.

Mursida Rambe menegaskan bahwa uang bukan sebagai modal utama untuk membangun sebuah usaha. Ia mencontohkan ketika dirinya bersama rekan lain membangun BMT Beringharjo pada 1994 hanya bermodal Rp 1 juta yang diperoleh dari Dompet Dhuafa. Namun dengan ketekunan, usaha dan kerja keras serta menjalankan syariat Islam dalam perniagaan, BMT Beringharjo mampu berkembang hingga saat ini memiliki asset modal sebesar Rp 105 miliar dan memiliki cabang di 5 kota besar.

“Tidak ada yang mustahil dan tidak bisa, asal ada kesungguhan, disiplin dan kreativitas,”jelasnya. (M-5)-b

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *