Sebut saja Budhe Umi, beliau salah satu pengelola warung kelontong Kelompok ‘Aisyiyah Ranting Sidoarum atau dikenal sebagai WARMUSS (Warung ‘Aisyiyah dan Muhammadiyah Sidoarum). Sore itu sebuah pesan masuk ke WhatsApp dari nomor yang tidak dikenal, “Bu, kalo mau pesan TepungMU 25 pack apa ada stoknya?” Karena stok dibagi untuk acara Gelar WARMUSS di Pengajian Embun Pagi, Budhe Umi menelpon berniat mengajak pengelola yang lain, yaitu Bu Nina, untuk mengambil stok yang standby di Graha Darul Arqom, kediaman milik Prof. Samsul Hadi, tempat diadakannya pengajian tersebut. Mendengar suara yang tidak biasanya Budhe Umi langsung mendera dengan pertanyaan “Lho lagi sakit? Saya anterin pepaya ya?” “Ngga usah ngerepotin, Budhe,” jawab Bu Nina dari seberang telpon. Dan benar saja, sebelum mengecek stok tepung yang diminta, Budhe Umi singgah sambil membawa pepaya yang dijanjikan.
Tidak lama berselang kembali masuk pesan dari nomor yang sama, “Kalo 100 pack ada ngga?” Orderan yang terhitung besar untuk ukuran warung kelontong kecil. Karena stok sebanyak itu baru bisa diadakan pada hari berikutnya, Si Pengirim pesan menyanggupi untuk mentransfer uang terlebih dahulu. Tidak lama setelah itu masuk sebuah pesan, “Maaf terjadi salah transfer dari bagian administrasi. Kami kirimkan 2 juta, tolong yang 1 juta dikirimkan untuk catering,” sambil memberikan nomor rekening tujuan dan bukti transfer dari mobile banking sebesar 2 juta atas nama Budhe Umi.
Karena Budhe Umi tidak menggunakan mobile banking, beliau terpaksa datang ke ATM. Seperti dituntun oleh Allah, Budhe Umi tergerak untuk melakukan cek saldo sebelum melakukan transfer, sesuatu yang sangat jarang dilakukan oleh Budhe Umi sebelumnya. Betapa terkejutnya ketika dana yang “katanya” sudah ditransfer itu tidak menambah saldo yang ada sebelumnya. Akhirnya perdebatan antara Budhe Umi dan Si Pengirim pesan pun terjadi. Tidak sebatas debat, Si Pengirim pesan mulai melakukan intimidasi. Namun setelah dilakukan pengecekan nomor HP melalui sebuah aplikasi, akhirnya diketahui bahwa nomor tersebut digunakan untuk penipuan dan Budhe Umi mengabaikannya.
Terbayangkah kita bagaimana jika Budhe Umi tidak memberikan pepaya yang dijanjikannya? Bisa jadi Allah selamatkan beliau dari bala penipuan atas sedekah pepaya yang dilakukannya. Oleh karena itu, tidak ada ruginya bagi kita untuk bersedekah. Karena salah satu fadhilah sedekah, yaitu dihindarkan dari segala macam bala. Dunia semakin canggih dan peluang terjadinya penyalahgunaan teknologi tentu semakin besar. Hanya kapada Allah lah kita memohon perlindungan. Pepaya seharga 1 juta ini cukup menjadi ayat kauniyah bagi kita untuk meningkatkan iman kepada Allah SWT. Sudah kita bersedekah hari ini? (AS)