Koperasi Syariah Zaman Now BMT Beringharjo : Berkontribusi Membangun Negeri, Bertransformasi di Era Digital

Lelaki berusia 49 tahun itu termenung sesaat, menarik napas dalam-dalam sebelum memberikan pidato menyambut Hari Koperasi yang mengudara di radio pada Bulan Juni 1951. Indonesia butuh gerakan dan organisasi ekonomi yang memberdayakan masyarakat di tengah pusaran arus kapitalisme Hindia Belanda. Tatkala itu Indonesia baru merdeka beberapa tahun, Indonesia butuh berdaulat secara ekonomi. Hatinya semakin berdesir. Visi ini yang membuatnya selalu membara ketika menyampaikan gagasan dan pandangan mengenai gerakan ekonomi kerakyatan bernama koperasi. Di berbagai kesempatan, di kampus-kampus kala itu, di mana pun ia berada, gaung suaranya terus menggema. Dua tahun kemudian, tepatnya pada 17 juli 1953, Kongres Koperasi Indonesia kedua di Bandung mendaulat lelaki berusia lebih dari separuh abad tersebut sebagai Bapak Koperasi Indonesia. lelaki itu adalah Mohammad Hatta.

Syahdan, jauh sebelum itu, gagasan mengenai koperasi sudah berkumandang. Adalah Raden Aria Wiraatmadja, seorang patih dari bumi Purwokerto yang pada tanggal 16 Desember 1895 mendirikan Hulp en Spaarbank-sejenis lembaga pemberi pinjaman (kredit) kepada yang membutuhkan. Kala itu, pegawai negeri yang bekerja pada pemerintah Hindia Belanda tercekik bunga tinggi akibat meminjam uang lintah darat. Tak hanya pegawai pemerintah, petani mengalami nasib yang sama, mendapat tekanan akibat praktik ijon yang menggurita. Selain Hulp en Spaarbank, Wiraatmadja menginisiasi Koperasi Kredit Padi dengan cara menjadikan lumbung-lumbung padi yang ada di pedesaan sebagai gudang penyimpan hasil panen sekaligus pemberi pinjaman padi ketika musim paceklik menyerang, dan tentu saja sebagai solusi atas praktik ijon.

Puluhan tahun setelah Kongres di Bandung tersebut, gerakan berbasis ekonomi kerakyatan bernama koperasi kian berkembang. Koperasi, model bisnis satu ini sudah seharusnya pro perubahan, selalu berinovasi, adaptif terhadap tren untuk menjawab tantangan zaman kini dan nanti. Apalagi di era digital seperti sekarang ini, di mana informasi kian terbuka dan mudah terbaca oleh generasi milenial di mesin pencari.

Dalam rentang tahun 2014 hingga 2018, koperasi mulai menunjukkan performanya. Hal tersebut bisa ditilik dari meningkatnya PDB koperasi terhadap PDB nasional. Persentasenya menanjak dari 1,71%  (2014) menjadi 5,1% (2018). Kini, terdapat kurang lebih 126.000 koperasi berorientasi pada kualitas. Rata-rata koperasi terebut sudah menerapkan online system.

Koperasi zaman now kian berbenah, semakin dinamis, semakin terdigitalisasi dengan mengadopsi Teknologi Informasi (TI) baik untuk sistem, manajemen, maupun pelayanan para anggotanya. Di awal perkembangannya dengan jumlah anggota yang sedikit, masih memungkinkan koperasi menggunakan cara kerja manual, misal pencatatan pinjaman dengan buku dan kertas. Di era industri 4.0, cara kerja tradisional semakin ditinggalkan. Apalagi jika anggota koperasi sudah mencapai puluhan ribu dan tersebar di berbagai daerah di tanah air.

Arus digitalisasi membuat koperasi kian bergerak seiring seirama dengan perkembangan Internet of Things (IoT)Artificial Intellegence (AI)FinTech (Financial Technology), dan sejenisnya. Dengan kata lain, reposisi koperasi di era digital menjadi sebuah keniscayaan. Reposisi ini membuat koperasi bertransformasi menanggalkan tradisi-tradisi masa lalu dan cara kerja lama yang sudah old fashioned, berubah menjadi koperasi berformat digital dan berbasis ekonomi kolaboratif. Yang dibutuhkan tidak hanya kerjasama, tetapi juga kolaborasi. Sinergi antara koperasi, para anggotanya, UMKM ataupun pihak-pihak lain yang berkontribusi.

Menjawab tantangan zaman, Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah (KSPPS) Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Beringharjo tumbuh menjadi koperasi yang inovatif dan adaptif terhadap perkembangan teknologi. Koperasi syariah zaman now ini memiliki program sosial dan pemberdayaan usaha mikro seperti Angkringan Simbah Harjo. Selain itu, BMT Beringharjo telah mengembangkan aplikasi digital berbasis android yang bisa diunduh di Google Play. Mantap betul! Adakah inspirasi yang bisa kita petik dari koperasi satu ini?

KSPPS BMT Beringharjo. Dokumentasi pribadi.

Masih terngiang dengan jelas di benak perempuan kelahiran Sumatera Utara, Mursida Rambe, bagaimana rentenir menjerat dan menyita rumah milik teman pengajian ibunya, Bik Senin. Kala itu Bik Senin meminjam uang untuk modal usaha senilai seratus ribu rupiah, tetapi berujung eksekusi rumah. Model bunga majemuk (compound interest) dengan rentang 10%-30% inilah yang menjerat Bik Senin. Bik Senin hanyalah pedagang kecil di suatu pasar tradisional yang sehari-hari berjualan ubi kayu, daun pisang, gori, dan sejenisnya. Bik Senin tak mampu membayar bunga itu, rumah pun disita.

Ada rasa ngilu yang menyeruak menyaksikan eksekusi rumah tersebut. Memori masa kecil inilah yang membuat Mursida Rambe semakin peka terhadap nasib kaum pinggiran. Memori ini pula yang kelak menggerakkan Mursida Rambe mendirikan lembaga yang memberdayakan kaum dhuafa agar lepas dari riba dan jerat rentenir. Memori pilu itu membuat perempuan berusia  52 tahun tersebut menjadi social entrepreneur dan menggawangi entitas bisnis berupa koperasi (syariah) dengan aset mencapai 175 miliar rupiah, BMT Beringharjo.

Yups, mimpi kecil Mursida adalah agar kaum dhuafa, pedagang cilik, buruh gendong, dan sejenisnya terbebas dari riba serta berdaya secara ekonomi. Di tahun 1994, selepas menyelesaikan diklat ekonomi syariah, Mursida mendapat modal dana sebesar 1 juta dari Dompet Dhuafa guna mengembangkan BMT Beringharjo. Beringharjo sendiri diambil dari nama tempat jejualan yang berlokasi di daerah Malioboro, Pasar Beringharjo. Mursida meyakini bahwa prinsip-prinsip syariah mampu menawarkan solusi atas praktik rente yang menjerat kaum ekonomi menengah ke bawah serta merangkul segmen mikro/UMKM.

Menyapa pedagang pasar yang menjadi anggota BMT Beringharjo. Dokumentasi BMT Beringharjo
BMT Beringharjo membina UMKM Lebih dari Seratus Angkringan Simbah Harjo. Dokumentasi BMT Beringharjo
Angkringan Simbah Harjo Mr. Heru. Dokumentasi pribadi

Hingga saat ini usaha Angkringan Simbah Harjo masihlah produktif. Selain memberdayakan lebih dari seratus angkringan, BMT Beringharjo juga mempunyai sejumlah program pemberdayaan lain. Beberapa di antaranya yakni Bering Sehat, Bering Tirta, pemberdayaan dhuafa melalui SIM (Sahabat Ikhtiar Mandiri), Parsel Dhuafa, pendampingan komunitas becak Beringharjo (Kompak Harjo), hingga pendampingan spiritual (mengaji) untuk buruh gendong.

Terhitung hingga kini, sudah 25 tahun BMT Beringharjo berkiprah dan berkontribusi untuk negeri. Lebih dari itu, BMT Beringharjo terus berbenah. Semakin inovatif dan bertransformasi di era digital. Apalagi jumlah anggota BMT Beringharjo sudah mencapai 12 ribu orang yang tersebar di 17 kantor cabang berbeda. Di usianya yang sudah seperempat abad, BMT Beringharjo dinilai perlu mengembangkan platform yang mendukung kemudahan transaksi nontunai para anggotanya. Selain menyediakan website yang informatif, BMT Beringharjo di Bulan November ini akan meluncurkan aplikasi berbasis android bernama KOCEQU.

Aplikasi KOCEQU. Dokumentasi pribadi

Wah mantap! Koperasi zaman now berkembang luar biasa hebat. Bung Hatta dan Aria Wiryaatmadja pasti bangga. Koperasi menunjukkan kinerja yang bagus serta adaptif terhadap perubahan. Berkontribusi membangun negeri, bertransformasi di era digital. Semoga Menginspirasi!

Ditulis oleh : Arinta Setia Sari (@arintasetia)
http://www.arintastory.com/2019/10/koperasi-syariah-zaman-now-bmt.html?m=1

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *